CLIVE BELL
Biografi Clive Bell
• Clive Bell lahir tanggal 16 September 1881, di Shefford Timur, Berkshire, Inggris. Dia adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari William Heward Bell (1849-1927) dan Hannah Cory Taylor (1850-1942).
• Ia dididik di Marlborough dan di Trinity College, Cambridge, di mana ia belajar sejarah. Pada tahun 1902 ia menerima Earl of Derby beasiswa untuk belajar ke Paris, dimana minatnya pada seni berasal. Setelah kembali ke Inggris, ia pindah ke London, ia bertemu dan menikah dengan artis Vanessa Stephen pada tahun 1907. Dan mempunyai dua anak laki-laki bernama Julian dan Quentin.
Teori Clive Bell
Teori Bell ada tiga, yakni :
1. Emosi estetik.
2. Bentuk signifikan (significant form).
3. Esensialisme.
1. Emosi Estetik
Emosi Estetik adalah emosi yang timbul ketika melihat sebuah karya seni yang mengandung nilai emosi spesifik (emosi yang muncul bukan seperti perasaan sehari-hari). Seperti teori disinterestedness (ketidakpamrihan) dari Immanuel Kant, contohnya :
Ketika melihat iklan karena tidak adanya kebutuhan terhadap iklan tersebut, tetapi membuat kita ingin mengetahui lebih lanjut maksud dari iklan tersebut maka muncul perasaan
2. Bentuk Bermakna
Bentuk bermakna muncul dari adanya keselarasan bentuk garis, warna, tekstur, irama, dan nuansa-nuansa lain dalam suatu karya seni yang memunculkan emosi estetik pada pengamat.
Sebuah karya seni memiliki bentuk bermakna apabila karya seni tersebut memunculkan efek emosi tertentu (emosi estetik) yang mampu membawa manusia melepaskan diri dari dunia aktivitasnya dan memasuki dunia kegembiraan estetik.
3. Esensialisme
Esensialisme adalah seni yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme memandang bahwa seni harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Seni Menurut Clive Bell
• Clive Bell filsuf seni ‘klasik modern’ dengan bukunya yang terkenal, Art (1913). Teori Bell yang terkenal yakni “significant form” (bentuk bermakna) tentang ‘bentuk indah’ yang seolah-olah berada di luar bentuk karya itu sendiri.
• Teori Bell turunan dari teori Plato, mirip dengan teori disinterestedness, Kant dan filsuf moral Inggris, G.E. Moore jauh lebih kuat.
• Menurutnya, semua sistem estetik dimulai dari pengalaman pribadi subjek yang dirasakan oleh seorang pribadi dan khusus mengenai rasa keindahan (rasa estetis).
• Bell, menjelaskan perbedan antara bentuk bermakna dengan bentuk dalam seni representasi (mimesis) seperti dalam teori Plato.
• Dalam seni representasi, ‘bentuk’ bukan hanya objek emosi, dimaksudkan untuk membangkitkan emosi tertentu terhadap ‘informasi’ yang direpresentasikan. Misalnya, lukisan potret atau lukisan sejarah diciptakan dengan maksud utama untuk menyampaikan informasi. Emosi yang ditimbulkannya adalah emosi patriotik, emosi kemegahan, dan lain-lain.
• Berbagai emosi semacam ini masih mengandung interest, dan dengan demikian tidak membangkitkan emosi estetik karena tidak memberikan bentuk bermakna. Baru memiliki bentuk bermakna apabila lukisan itu bukan hanya menawarkan informasi dengan efek emosi tertentu, tetapi juga mampu membawa manusia melepaskan diri dari dunia aktivitasnya.
• Dunia seni bermakna dunia transendental, yang menawarkan suatu pengalaman emosi estetik yang belum kita kenal dalam kehidupan emosi sehari-hari. Itulah emosi murni yang membebaskan diri dari pengalaman emosi sehari-hari kita,
• Seni yang mementingkan interest tertentu sebenarnya hanya memberikan atau memenuhi emosinya sendiri.
• Yang sering dipermasalahkan dari bentuk bermakna ini adalah apakah yang dimaksud oleh Bell sebagai kualias semacam itu bersifat ‘hubungan-hubungan’ atau ‘karakteristik’? Apakah dalm sebuah karya seni, kualitas ‘bentuk bermakna’ itu didapatkan setelah adanya aktivitas menyusun, menghubung-hubungkan unsur-unsurnya, yang memang bersifat sangat subjektif, atau memang karya itu punya karakteristik dalam dirinya sedemikian rupa sehingga sanggup membangkitkan emosi estetik?
• Bell mengatakan, bahwa bentuk bermakna diperoleh setelah aktivitas menghubung-hubungkan itu, setelah terjadi pembangunan struktur yang menghasilkan bentuk bermakna. Bahwa bentuk bermakna itu adalah karakteristik karya itu sediri, sekalipun karakteristiknya berupa esensi – signifikansi – konstan, dalam pilihan-pilihan bentuk eksis terjadi perubahn perseptual.
Buku Karya Clive Bell
• Art (1914)
• Peace at Once (1915)
• Ad Familiarities (1917)
• Pot-Boilers (1918)
• Poems (1921)
• Since Cézanne (1922)
• On British Freedom (1923)
• Landmarks in Nineteenth-Century Painting (1927)
• Civilization: An Essay (1928)
• Proust (1928)
• An Account of French Painting (1931)
• Enjoying Pictures: Meditations in the National Gallery and Elsewhere (1934)
• Warmongers (1938)
• Old Friends: Personal Recollections (1956)
skip to main |
skip to sidebar
Senin, 21 Desember 2009
mariii...
Pengikut
Labels
- attention. (3)
- estetika (2)
- EVENT (2)
- intermezo aja (3)
- kuliah hari ini (1)
- pemberitahuan (1)
- perhatian (1)
- TUGAS (3)
Blog Archive
-
▼
2009
(23)
- ► Oktober 2009 (3)
- ► November 2009 (5)
-
▼
Desember 2009
(15)
- PEMBERITAHUAN
- PERHATIAN
- SUSUNAN NIRMANA
- ESTETIKA-HERBERT READ DG 1A
- ESTETIKA 1A-SUSAN SONTAG
- ESTETIKA DG 1A-ARTHUR SCHOPENHAUER
- ESTETIKA DG 1A-CLIVE BELL
- ESTETIKA DG 1A-GUSTAV THEODOR FECHNER
- ESTETIKA DG 1G-Edward Bullough
- ESTETIKA DG 1B-JEROME STOLNITZ
- ESTETIKA DG 1G-Virgil C. Aldrich
- ESTETIKA DG 1G-Ernst Grosse
- ESTETIKA DG 1G-Hippolyte Taine Adolphe
- DIGITAL ILUSTRASI
- LAST POSTED
-
►
2010
(5)
- ► Januari 2010 (5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar