Edward Bullough
Sejarah estetika adalah sejarah pemikiran filsafi tentang keindahan dan seni, pembahasannya selalu menunjukan apa yang semestinya terdapat dalam sebuah karya seni (apa hakikat seni itu?), apa pula hakikat keindahan ituSebelum abad ke-20, estetika mencoba menggunakan psikologi dan sosiologi dalam menemukan hakikat seni. Seperti halnya pendekatan ‘ilmu pengetahuan alam’, pendekatan psikologi pun kurang mendapat perhatian serius dari kaum pemikir seni. Mereka menamakan kegiatan ilmiah terhadap estetika semacam itu hanya sebagai hobi belaka (mengumpulkanperangko).
Memasuki abad 20, kembali disibukkan dengan pemikiran estetika yang mendasarkan kembali pada bidang filsafat, sebagian menguji kembali hasil para pemikir lama, sebagian lagi mengemukakan sejumlah teori baru.
Pada awal abad ke-20, Seorang Edward Bullough mengemukakan masalah jarak ‘psikis’ dalam seni. Gagasan ini berasal dari kaun filsuf empiris Inggris abad ke-17 dan ke-18 yang kemudian dikembangkan oleh Kant. Istilah yang terkenal untuk itu adalah disintrested. Tujuan dari jarak ‘psikis’ ini yaitu melihat dan menilai karya seni secara ‘objektif’. Dengan demikian akan tercapai penikmatan seni yang obyektif pula tanpa adanya pengaruh kepentingan pribadi. Bulloug h mencontohkan seseorang yang naik perahu menembus kabut. Ia terpesona oleh indahnya kabut diterjang oleh cahaya matahari. Pesona itu membuatnya melupakan atau tidak menyadari bahaya yang mengancam dirinya akibat berperahu menembus kabut tersebut. Dalam kasus ini, si tukang perahu melakukan jarak psikis terhadap keindahan kabut di tengah remang sinar matahari.
Begitu pula dalam menghadapi karya seni, hendaknya orang melupakan segala kepentingan pribadi yang menyangkut karya tersebut kecuali demi keindahan karya seni itu sendiri. Dalam melihat potret seorang yang dikenalnya dalam sebuah lukisan, misalnya, kendaknya si penangkap lukisan tersebut menyingkirkan semua hal yang ia kenal tentang presiden tersebut. Boleh jadi ia pengangum presiden yang dilukis itu, sehingga semua hal yang ia ketahui tentangnya ikut terbawa dalam menikmati lukisan tersebut. Cara memandang dan menilai lukisan semacam itu sudah tidak objektif lagi (tidak adanya jaraj spkis). Orang itu dapat meengagumi lukisan bukan karena lukisan itu sendiri, tapi karena mengagumi yang ada dalam lukisan tersebut.
Begitu pula apabila seseorang naik ke atas panggung ketika aktor pujaannya terancam bahaya dalam sebuah lakon. Tindakan demikian itu sama dengan eseorang nonton film berteriak mengingatkan tokoh pujaannya sedang dalam bahaya diintai musuhnya.
Kedua contoh di atas menunjukkan tidak adanya jarak psikis atau jarak estetik antara karya seni dan penanggapnya. Dalam peristiwa demikian, seorang pengikut Bullough, Shieila Dawson, menamakannya sebagai under distancing atau di bawah jarak psikis. Sebaliknya adalah over distancing, yakni apabila seseorang penanggap seni terlalu peduli pada hal-hal teknis seni sampai pada rician detailnya, sehingga keutuhan karya tersebut tak terhayati. Kedua peristiwa terswbut menimbulkan tidak terjadinya jarak psikis dalam menanggapi dan menilai karya seni secara objektif.
Manfaat jarak psikis atau jarak estetik ini adalah dapat ditemukannya karakteristik yang ada pada objek estetik. Dari karakteristik tadi kita dapat lebih mengarahkan perhatian, dan dengan demikian juga memperoleh pengalaman estetik.
skip to main |
skip to sidebar
Senin, 21 Desember 2009
mariii...
Pengikut
Labels
- attention. (3)
- estetika (2)
- EVENT (2)
- intermezo aja (3)
- kuliah hari ini (1)
- pemberitahuan (1)
- perhatian (1)
- TUGAS (3)
Blog Archive
-
▼
2009
(23)
- ► Oktober 2009 (3)
- ► November 2009 (5)
-
▼
Desember 2009
(15)
- PEMBERITAHUAN
- PERHATIAN
- SUSUNAN NIRMANA
- ESTETIKA-HERBERT READ DG 1A
- ESTETIKA 1A-SUSAN SONTAG
- ESTETIKA DG 1A-ARTHUR SCHOPENHAUER
- ESTETIKA DG 1A-CLIVE BELL
- ESTETIKA DG 1A-GUSTAV THEODOR FECHNER
- ESTETIKA DG 1G-Edward Bullough
- ESTETIKA DG 1B-JEROME STOLNITZ
- ESTETIKA DG 1G-Virgil C. Aldrich
- ESTETIKA DG 1G-Ernst Grosse
- ESTETIKA DG 1G-Hippolyte Taine Adolphe
- DIGITAL ILUSTRASI
- LAST POSTED
-
►
2010
(5)
- ► Januari 2010 (5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar